“Saya termasuk orang yang beruntung, bukan orang yang pintar,” ucapan ini keluar dari bibir seorang perempuan yang bekerja menggunakan otak belahan kiri dan juga kanannya. Baiknya, kita simak dahulu perjalanan hidup Shahnaz Haque sebagaimana ia meluangkan waktu berbagi cerita tentang tapak batu kehidupan yang dijalaninya.
Shahnaz adalah anak
bungsu dari tiga bersaudara, anak pasangan Allen dan Mieke Haque. Istri dari
drummer Gilang Ramadhan ini pernah berkuliah di Fakultas Teknik Sipil UI dan
pada semester ketujuh mengambil jurusan Teknik Penyehatan dan Lingkungan.
Setelah lulus, Shahnaz pun sempat bekerja di bidang yang berkaitan dengan ilmu
kuliah.
Bahkan misi yang diusung
perusahaan tempatnya bekerja sangat sejalan dengan pilihannya, yaitu bagaimana
membuat program penyelamatan laut yang Indonesia miliki. Sebagai negara
maritim, dimana kita bisa hidup dan makmur dengan memanfaatkan kekayaan alam,
rupanya program penyelamatan laut dan bahkan teknologi yang menggunakan
kekuatan laut, sangatlah minim.
Shahnaz juga sempat bergabung
dalam IATPI (Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia) dan
beberapa organisasi yang bertujuan mengurangi limbah serta mengeliminasi
polusi. Seperti ikan masuk ke dalam air, begitulah ia menggambarkan betapa
familiarnya dia berada di lingkungan orang-orang berlatar belakang sama.
Bicara bahasa yang sama,
memakai kacamata visi dan misi yang sama tentang bagaimana menyehatkan lingkungan
Indonesia, hal semacam itu yang membuat Shahnaz selalu merindukan bangku
kuliahnya untuk sekedar memperdalam ilmu. Tapi memang, jalan hidup orang tidak
bisa diterka. Shahnaz sekarang lebih banyak berkecimpung di dunia hiburan.
Awalnya kebetulan,
kecebur katanya. Para senior di kampusnya dahulu mendorong Shahnaz untuk
mengikuti kontes None Jakarta dan Putri Indonesia. Hasilnya? Tentu prestasi
yang membanggakan. Tidak berhenti disana, pengalaman pertamanya di layar kaca
dalam Salah Asoehan juga kebetulan, karena sang kakak yang empunya Production
House ingin meringankan budget.
Apapun muasalnya,
sepertinya tidak ada satu hal yang dijalani Shahnaz setengah-setengah. Bekerja
di radio dan juga di TV sebagai host, adik Marissa dan Soraya Haque ini
menemukan kecintaannya sebagai seorang pewawancara. “Berbeda dengan berlenggak
lenggok di atas catwalk, saya menemukan warna asli saya sebagai pewawancara.
Mendapatkan jawaban dan juga ilmu dari orang lain. Disitulah saya pakai hati,
disitulah saya yang sebenarnya tanpa perlu akting.” tuturnya dengan semangat.
Bicara hati tapi juga
bicara ilmu. Tepat memang kalau dikatakan Shahnaz sendiri adalah pribadi dengan
perpaduan kerja otak belahan kiri dan kanan yang nyaris sama imbangnya. Bekerja
di dunia hiburan tetap dilakoninya, tapi pola berfikir yang taktis, struktur
bicara serta cara memecahkan masalah, semuanya adalah kontribusi cara belajar
saat kuliah di Fakultas Teknik.
Kebetulan lagi, sang
suami adalah seniman sejati yang menggunakan belahan otak kanannya. Hidup
Shahnaz pun diakuinya semakin lengkap, tentu karena melengkapi satu sama lain.
Ia belajar menggunakan otak kanan dari suami dan bahkan dalam pekerjaannya,
semua menjadi mulus karena keseimbangan tersebut.
“Banyak kehidupan saya bukan disebabkan
keberhasilan kecerdasan otak tapi kecerdasan emosi. Allah menciptakan cara
kerja otak yang luar biasa, dan bisa optimal jika dilatih dan diasah dengan
baik.”, Shahnaz berkata lebih lanjut. Bagaimana cara mengasah otak, tidak hanya satu
tapi kedua belahan, kanan maupun kiri?
Menurut Shahnaz, caranya adalah dengan bekerja,
tetapi bekerja bukan sembarang bekerja. Bekerja harus dengan cinta. Maka
passion pun akan hadir dan terlibat disana. Seseorang yang melakukan pekerjaan
karena terpaksa itu juga tidak akan melatih kerja otak dengan baik. Multitasking
juga salah satu kiat untuk mengaktifkan kedua belahan otak.
Enlighten, Educate, dan
Empower. Ketiga hal itulah yang saat ini menjadi passion perempuan kelahiran
Jakarta 1 September tersebut. “Bahkan sewaktu saya mengambil pekerjaan iklan
pembersih toilet, bukan hanya perhitungan uang yang saya kejar. Tapi terselip
salah satu tanggung jawab saya dalam edukasi masyarakat tentang kebersihan
toilet.”
Shahnaz sebagai anak
Teknik Lingkungan menganggap kebersihan toilet adalah budaya. Sedangkan
sanitasi sendiri, kesediaan air bersih adalah hak setiap warga. Itulah alasan
mengapa setiap ada pekerjaan ia selalu berusaha mengaitkannya dengan keilmuan
yang dimilikinya dari bangku kuliah.
Sebagai cancer survivor,
tidak ada satu detik pun dalam kehidupan yang tak penting buatnya. Berbuat baik
dan menebar kebahagiaan pada siapa saja, semua kesibukan Shahnaz sebagai
pekerja seni, isteri sekaligus ibu untuk ketiga putrinya berujung pada kedua
hal tersebut.
Satu pesannya untuk siapa
pun yang mencari kunci kesuksesan, kecerdasan emosi itulah yang menentukan. Termasuk
cara kita menjaga cara pandang agar tetap positif sehingga pikiran tenang dan
bahagia. Disitulah nyaris tidak ada hal lain yang kita butuhkan kecuali
menjalani hidup yang indah adanya. Carpe Diem.
Written by Aurelia Tiara
Published in Inspirasi Insinyur Mei 2013
No comments:
Post a Comment