Tuesday, June 4, 2013

Shahnaz Haque, Menjalani Hidup dengan Si Kanan dan Si Kiri


“Saya termasuk orang yang beruntung, bukan orang yang pintar,” ucapan ini keluar dari bibir seorang perempuan yang  bekerja menggunakan otak belahan kiri dan juga kanannya. Baiknya, kita simak dahulu perjalanan hidup Shahnaz Haque sebagaimana ia meluangkan waktu berbagi cerita tentang tapak batu kehidupan yang dijalaninya.

Shahnaz adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, anak pasangan Allen dan Mieke Haque. Istri dari drummer Gilang Ramadhan ini pernah berkuliah di Fakultas Teknik Sipil UI dan pada semester ketujuh mengambil jurusan Teknik Penyehatan dan Lingkungan. Setelah lulus, Shahnaz pun sempat bekerja di bidang yang berkaitan dengan ilmu kuliah.

Bahkan misi yang diusung perusahaan tempatnya bekerja sangat sejalan dengan pilihannya, yaitu bagaimana membuat program penyelamatan laut yang Indonesia miliki. Sebagai negara maritim, dimana kita bisa hidup dan makmur dengan memanfaatkan kekayaan alam, rupanya program penyelamatan laut dan bahkan teknologi yang menggunakan kekuatan laut, sangatlah minim.

Shahnaz juga sempat bergabung dalam IATPI (Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia) dan beberapa organisasi yang bertujuan mengurangi limbah serta mengeliminasi polusi. Seperti ikan masuk ke dalam air, begitulah ia menggambarkan betapa familiarnya dia berada di lingkungan orang-orang berlatar belakang sama.

Bicara bahasa yang sama, memakai kacamata visi dan misi yang sama tentang bagaimana menyehatkan lingkungan Indonesia, hal semacam itu yang membuat Shahnaz selalu merindukan bangku kuliahnya untuk sekedar memperdalam ilmu. Tapi memang, jalan hidup orang tidak bisa diterka. Shahnaz sekarang lebih banyak berkecimpung di dunia hiburan.

Awalnya kebetulan, kecebur katanya. Para senior di kampusnya dahulu mendorong Shahnaz untuk mengikuti kontes None Jakarta dan Putri Indonesia. Hasilnya? Tentu prestasi yang membanggakan. Tidak berhenti disana, pengalaman pertamanya di layar kaca dalam Salah Asoehan juga kebetulan, karena sang kakak yang empunya Production House ingin meringankan budget.

Apapun muasalnya, sepertinya tidak ada satu hal yang dijalani Shahnaz setengah-setengah. Bekerja di radio dan juga di TV sebagai host, adik Marissa dan Soraya Haque ini menemukan kecintaannya sebagai seorang pewawancara. “Berbeda dengan berlenggak lenggok di atas catwalk, saya menemukan warna asli saya sebagai pewawancara. Mendapatkan jawaban dan juga ilmu dari orang lain. Disitulah saya pakai hati, disitulah saya yang sebenarnya tanpa perlu akting.” tuturnya dengan semangat.

Bicara hati tapi juga bicara ilmu. Tepat memang kalau dikatakan Shahnaz sendiri adalah pribadi dengan perpaduan kerja otak belahan kiri dan kanan yang nyaris sama imbangnya. Bekerja di dunia hiburan tetap dilakoninya, tapi pola berfikir yang taktis, struktur bicara serta cara memecahkan masalah, semuanya adalah kontribusi cara belajar saat kuliah di Fakultas Teknik.

Kebetulan lagi, sang suami adalah seniman sejati yang menggunakan belahan otak kanannya. Hidup Shahnaz pun diakuinya semakin lengkap, tentu karena melengkapi satu sama lain. Ia belajar menggunakan otak kanan dari suami dan bahkan dalam pekerjaannya, semua menjadi mulus karena keseimbangan tersebut.

“Banyak kehidupan saya bukan disebabkan keberhasilan kecerdasan otak tapi kecerdasan emosi. Allah menciptakan cara kerja otak yang luar biasa, dan bisa optimal jika dilatih dan diasah dengan baik.”, Shahnaz berkata lebih lanjut.  Bagaimana cara mengasah otak, tidak hanya satu tapi kedua belahan, kanan maupun kiri? 

Menurut Shahnaz, caranya adalah dengan bekerja, tetapi bekerja bukan sembarang bekerja. Bekerja harus dengan cinta. Maka passion pun akan hadir dan terlibat disana. Seseorang yang melakukan pekerjaan karena terpaksa itu juga tidak akan melatih kerja otak dengan baik. Multitasking juga salah satu kiat untuk mengaktifkan kedua belahan otak.

Enlighten, Educate, dan Empower. Ketiga hal itulah yang saat ini menjadi passion perempuan kelahiran Jakarta 1 September tersebut. “Bahkan sewaktu saya mengambil pekerjaan iklan pembersih toilet, bukan hanya perhitungan uang yang saya kejar. Tapi terselip salah satu tanggung jawab saya dalam edukasi masyarakat tentang kebersihan toilet.”

Shahnaz sebagai anak Teknik Lingkungan menganggap kebersihan toilet adalah budaya. Sedangkan sanitasi sendiri, kesediaan air bersih adalah hak setiap warga. Itulah alasan mengapa setiap ada pekerjaan ia selalu berusaha mengaitkannya dengan keilmuan yang dimilikinya dari bangku kuliah.

Sebagai cancer survivor, tidak ada satu detik pun dalam kehidupan yang tak penting buatnya. Berbuat baik dan menebar kebahagiaan pada siapa saja, semua kesibukan Shahnaz sebagai pekerja seni, isteri sekaligus ibu untuk ketiga putrinya berujung pada kedua hal tersebut.

Satu pesannya untuk siapa pun yang mencari kunci kesuksesan, kecerdasan emosi itulah yang menentukan. Termasuk cara kita menjaga cara pandang agar tetap positif sehingga pikiran tenang dan bahagia. Disitulah nyaris tidak ada hal lain yang kita butuhkan kecuali menjalani hidup yang indah adanya. Carpe Diem.


Written by Aurelia Tiara

Published in Inspirasi Insinyur Mei 2013

No comments:

Post a Comment