Di edisi perdana majalah Insinyur, seorang wanita dengan wajah cantik dan kemampuan berfikir briliyan mengisi rubrik Jalan Bersama, bonusnya? Sosok yang sama memiliki rasa cinta terhadap tanah air, dibuktikan dengan sepak terjangnya secara langsung di Ilthabi Sentral Herbal sejak tahun 2005. Berikut wawancara kami dengan Santhi Serad.
Banyak pengalaman masa kecil yang
membuat Santhi akrab dengan dunianya sekarang. Salah satunya ketika ia sering
menjemput ayahnya, seorang alumni ITB Kimia angkatan 57 yang sekaligus pernah
mengajar sebagai dosen di ITB. Laboratorium dengan ‘aroma kimia’ lambat laun
menjadi suatu hal yang akrab baginya.
Belum lagi ketika ayahnya mengajak
Santhi berjalan-jalan di dekat rumah mereka di Bandung, berlari dan bermain di
pematang sawah hingga merambah hutan Pakar Timur. Saat itu, daerah Gegerkalong
masih banyak sawah, hawanya sejuk dan masih sangat hijau. Sedari kecil, wanita
yang menggemari fotografi ini, sudah diperkenalkan dengan alam.
“Seperti Presiden Soekarno pernah
katakan, jangan lupakan sejarah. Saya sangat senang mengunjungi tempat
bersejarah, mengagumi arsitektur kuno. Karena bayangan saya, dahulu saat membangun
bangunan tersebut pasti sarat dengan sejarah.”, Santhi menuturkan kenapa ia
sangat menyukai mengambil gambar arsitektur.
Hobi fotografinya ini dimulai saat
ia menjalani kuliah di Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Santhi
sengaja mengambil pelajaran ekstra fotografi. Dengan bekal gelar insinyur, ia
kemudian melanjutkan studinya ke Curtin University of Technology di Perth, Australia. Dari sanalah dunia makanan yang
sangat menarik untuk Santhi membawa dirinya bekerja di bidang penelitian dan pengembangan
Yupi, permen kenyal pertama yang diproduksi di Indonesia.
Food Science and Technology memang
sesuai dengan jiwanya, Santhi senang mempelajari darimana suatu jenis makanan
berasal, bagaimana sejarahnya di suatu daerah. Tentu hal tersebut jauh lebih
berharga ketimbang melihat makan hanya sebagai suatu aktivitas memenuhi
kebutuhan primer kita.
Saat ini Santhi Serad menjadi External
Food Hygiene Auditor dari perusahaan TUV Rheinland Indonesia. Bersama William
Wongso, Santhi mendirikan gerakan Aku Cinta Masakan Indonesia yang disingkat
ACMI, dengan visi melestarikan, mengembangkan, mendokumentasikan serta
menyebarluaskan kekayaan budaya kuliner tradisional Indonesia.
Tidak hanya itu, Santhi yang
merupakan istri dari Wisnu Kusuma Wardhana, juga menjadi bagian dari Pokjanas
(Kelompok Kerja Nasional) Kemenparekraf dalam PENGEMBANGAN WISATA KULINER
INDONESIA 2012-2014.
Ritual minum teh pagi dan sore hari
bersama keluarga sewaktu kecil jugalah yang membuat Santhi melihat bahwa
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Indonesia kaya akan tradisi, budaya,
hingga sumber daya alam. Banyak tanaman obat yang tumbuh di hutan belantara,
yang hingga kini bahkan belum diketahui manfaatnya.
Harapan Santhi, jika masyarakat
sudah mengetahui manfaat dan cara penggunaan herbal, mereka bisa
memanfaatkannya untuk mengobati anggota keluarga dan dapat meningkatkan
pendapatan keluarga dengan membudidayakan dan mengolah tanaman tersebut.
Masyarakat menjadi mandiri, sejahtera dan lebih sehat. Tentu, kesehatan menjadi
kunci penting dalam kualitas sumber daya manusia.
Harapan yang sama inilah yang
membuat Santhi memfokuskan minimal 12 jam kepada pekerjaan. Selain mengurus
perusahaan yang ia bangun dari awal yaitu Ilthabi Sentra Herbal, Santhi juga
memiliki tanggung jawab pekerjaan di Ilthabi Rekatama. Seminggu sekali Santhi
pergi ke kebun Bumi Herbal Dago di Bandung untuk bertemu, berbincang, bertukar
fikiran dengan staf dan petani.
Seorang Santhi Serad rupanya tahu
betul detail perusahaan yang dibangunnya. Tidak hanya sebagai Founder dan
pengilham, Santhi menyadari bahwa sepanjang perjalanan banyak strategi yang
harus berbelok karena melihat kondisi pasar yang berubah. Apa yang menjadi kebutuhan pasar, apa yang
mereka harapkan, itulah suatu hal yang harus diciptakan dan tentu tidak bisa
dipaksakan.
“Kerja sama yang baik harus
berlandaskan dari komunikasi yang baik dan lancar.”, Santhi juga menjelaskan
bahwa inovasi bukan hanya diterapkan pada Research and Development, tapi juga
diterapkan kepada Sales, Marketing serta
budidaya tanaman.
Sesuai dengan visi dan misi
perusahaan, PT Ilthabi Sentra Herbal akan senantiasa berkomitmen menjalankan
bidang usahanya secara profesional dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan
ilmu kesehatan masyarakat. Namun tentu tetap peduli dengan lingkungan dan
membudi dayakan tanaman herbal khas Nusantara.
Dengan menggunakan brand BUMIHERBAL, produk yang dihasilkan ada beberapa macam, yang
pertama adalah EduHerbal yaitu program untuk anak-anak dan dewasa agar lebih
mengenal dan cinta terhadap tanaman obat. Khusus untuk anak-anak, mereka diberi
pengalaman langsung menanam tanaman dan membawa pulang hasil tanaman tersebut
untuk dipelihara di rumah.
Mereka juga bisa berjalan-jalan
keliling kebun untuk melihat koleksi tanaman obat yang berjumlah 300-an.
Menyentuh daun, bunga, serta berkotor-kotor dengan tanah, that’s the fun part, anak-anak semakin kenal dengan tanaman obat
Indonesia, yang nantinya sangat berguna untuk kita semua. “Alam merupakan
apotek hidup untuk manusia!”, tegas Santhi.
Produk yang kedua adalah
simplisia/herbal kering, yang terdiri dari Rosella, Jati Belanda, Daun Sirsak,
Sambiloto, Pegagan, Kumis Kucing, Daun Mint, dan Thyme. Produk yang ketiga
adalah teh, yaitu Green Tea Rosella, Bay Leaf Tea, Guazuma Tea, Centella Tea,
Spices Tea.
Produk yang terakhir adalah yang
mungkin sudah pernah kita cicipi, paling tidak kita tahu rasanya manis, yaitu
permen asam rosella, sirup rosella dan selai rosella. Daerah pemasaran produk
Bumi Herbal adalah daerah Bandung, Puncak, Jakarta dan sekitarnya. Semua produk
yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas dan menggunakan brand BUMIHERBAL.
Berkaitan dengan pemanfaatan tanaman
obat dan pengolahan menjadi produk jamu, Santhi berharap pemerintah lebih
gencar mencanangkan produk saintifikasi jamu, serta lebih mendorong terbukanya
klinik saintifikasi jamu. Hal ini dikarenakan penduduk Indonesia yang ada di
kepulauan terluar Indonesialah yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan dan
obat-obatan.
Adanya standarisasi kualitas tanaman
obat yang tersebar di seluruh Nusantara, gerakan cinta produk
Indonesia serta peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal-hal yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, yang tentunya tidak dapat dicapai tanpa
peranan besar pemerintah.
“Saya melihat bahwa daya saing suatu
bangsa sangat ditentukan dari kemampuan mengoptimalkan sumber daya pengetahuan,
sumber daya alam, dan sumber daya teknologi. Jadi peranan dari SDM juga sangat
menentukan terhadap majunya suatu bangsa,” Santhi yang mengantongi ijazah CMHA
(Certified Master Handwriting Analyst) dari ISHA (Internatioal School of
Handwriting Analysis) menuntaskan penjelasannya.
Bukan Santhi
Serad kalau tidak berusaha menjaga keseimbangannya dalam beraktivitas seperti
nasehat kedua orang tuanya. Tidak heran walau sudah sukses sebagai pebisnis
muda dan aktif di Persatuan Insinyur Indonesia, Persatuan Bola Voli Seluruh
Indonesia, Yayasan Pendidikan Teknologi Indonesia, dan berbagai organisasi
lainnya, Santhi tidak pernah enggan masuk dapur dan dapat dipastikan bisa
memasak dengan mahir!
Mudah-mudahan
setelah buku karyanya yang berjudul Teh dan Teh
Herbal, Sebuah Warisan Budaya yang beberapa waktu lampau diterbitkannya, masih
banyak karya seperti buku mengenai herbal Indonesia dan juga Herbal Gallery
dapat ditelurkan Santhi Serad seperti apa yang diharapkannya. Masyarakat dan
Bumi Indonesia sangat membutuhkannya.
Diterbitkan di majalah Inspirasi Insinyur Desember 2012 - Januari 2013
Penulis : Aurelia Tiara Widjanarko S.Sos MM
No comments:
Post a Comment