Di edisi perdana majalah Insinyur ini, anak-anak muda dari Bandunglah yang
menjadi nara sumber rubrik FIGUR MUDA. Yang muda yang kreatif, ucapan tersebut
terbukti pada saat para mahasiswa ITB yang bergabung dalam Tim Cikal
Cakrasvarna memenangkan beberapa kategori di Shell Eco Marathon Asia 2012 ini.
Shell Eco Marathon sendiri, lebih dari sekedar perlombaan atau kompetisi mahasiswa. Hal ini tentang menempatkan ide menjadi kenyataan, mendorong pencarian untuk solusi mobilitas kreatif dan cerdas untuk memenuhi tantangan energi dunia saat ini.
Cikal yang maju di ajang Shell Eco Marathon atau sering disebut SEM, sebenarnya terdaftar sebagai dua tim berbeda, yaitu Cikal Cakrasvarna dan Cikal Cakrawala. Tapi mereka bekerja sebagai satu tim besar. Sejak 2011, Tim Cikal sudah menorehkan prestasi di SEM, sebagai Juara Pertama kategori Urban Concept Internal Combustion Engine. Sama seperti tahun ini, Cikal juga meraih gelar juara yang sama (196 km/liter).
Sebagai kejutan lain, tahun 2012 ini Tim Cikal mulai merambah jenis bahan bakar baterai litium dan diesel alternatif dalam kelompok Urban Concept, yaitu kelompok desain kendaraan konvensional roda empat yang hemat bahan bakar sesuai kebutuhan pengemudi saat ini. Hasilnya? Tim Cikal Cakrawala meraih Juara Kedua SEM kategori Urban Concept Battery Plug-In.
Tim Cikal yang bercita-cita menerapkan sistem hybrid ini terdiri dari mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan di ITB, yaitu Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Telekomunikasi, Teknik Tenaga Listrik, Teknik Industri, Desain Interior, dan Desain. “Anggota kami ada sekitar 18 orang, dimana pembentukan tim dilakukan melalui proses open recruitment,” Lutfiadi Rahmanto menjelaskan.
Dasar pemikiran mereka sederhana. Awalnya karena rasa penasaran untuk membuat mobil yang menggunakan energi seefisien mungkin. Diawali dari hobi, bergelut di bidang otomotif. Mirip dengan mainan Tamiya jaman kecil dahulu kata Lutfi, melakukan modifikasi segila mungkin supaya mobilnya bisa juara. Rasa penasaran mereka berbuah hasil yang manis.
Mobil yang mereka ciptakan bukan sekedar mobil biasa, tapi mobil yang memiliki keunggulan tersendiri. Tim Cikal mengaplikasikan teori yang mereka terima di bangku sekolah ke dalam praktek dan juga pekerjaan nyata. Bukan sekali dua kali percobaan mereka langsung berhasil.
Bahkan dalam SEM mereka sempat mengalami kesulitan seperti di tahun 2011 dimana permasalahan minor terjadi saat latihan ke-4. Hal ini dikarenakan karena sistem elektrik pada mobil tidak bekerja dengan baik sehingga mobil sulit untuk menyala.
Setelah melakukan perbaikan pada sistem elektrik, akhirnya Tim Cikal sempat melakukan latihan ke-5 sebelum mengambil kesempatan pertama pada perlombaan pada pukul 15.00. Hasil yang menggembirakan terjadi, mobil mereka memperolah efisiensi 116 km/liter. Saat itu angka tersebut merupakan prestasi tersendiri bagi mereka, karena di tahun sebelumnya angka yang didapat hanya ¼-nya.
Sayang
sekali Tim Cikal tidak dapat menjelaskan satu persatu keunggulan mobil mereka,
karena tentunya hal tersebut masih rahasia. Tapi satu kunci yang dibocorkan
pada kami, mereka unggul di telemetri, yang digunakan untuk menampilkan data
realtime mobil ke driver dan kru di pit. Serta untuk menganalisis gaya
mengemudi.
Banyak
rakyat Indonesia dengan kepeduliannya terhadap lingkungan melakukan puluhan,
ratusan cara yang berbeda. Tim Cikal melakukannya dengan menciptakan mobil yang
hemat energi, juga mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
ITB telah
tiga kali mengirimkan Tim Cikal ke kompetisi SEM kategori urban sejak 2010,
sayangnya setiap mahasiswa yang berpartisipasi dalam kejuaraan tersebut tidak
dibiayai oleh pemerintah. Kebanyakan modal mereka peroleh secara swadaya, juga melalui
pencarian sponsor, yang sudah dimulai satu tahun sebelumnya. Tentu tidak mudah,
karena dibutuhkan biaya 60 hingga 80 juta rupiah untuk setiap unit mobil.
“Sebenarnya
kami semua ingin melanjutkan proyek Cikal menjadi proyek mobil komersial.
Karena mengembangkan mobil listrik komersial sangat mungkin di Indonesia,”
tutur Lutfiadi yang yakin hal ini sejalan dengan pencanangan proyek mobil
listrik oleh pemerintah.
Ada beberapa
alumni Cikal 2012 yang mengerjakan proyek listrik nasional di bawah ITB,
alangkah baiknya kalau hal semacam inilah yang mendapat sorotan dan dukungan
lebih dari pemerintah. Karena terbukti, ilmu yang mereka timba di Cikal
memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan proyek tersebut.
Harapan
besar Tim Cikal yang berjuang dalam setiap percobaan yang mereka lakukan hanya
satu, membuat kendaraan yang ramah lingkungan dan ramah energi, sehingga
mengurangi ketergantungan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak). Kalau sampai para
mahasiswa harus meminjam uang orang tua seperti saat mengikuti SEM 2012 untuk
biaya pembuatan mobil, bagaimana kita harapkan mereka untuk lebih berprestasi
tanpa beban?
Inilah saatnya pemerintah turun tangan. Untuk mewujudkan impian Tim Cikal dan seluruh masyarakat Indonesia akan dunia yang lebih baik dengan efisiensi energi yang ramah lingkungan. Dukungan pemerintah yaitu modal berupa uang dan fasilitas, serta perlindungan hak cipta adalah sesuatu yang dibutuhkan para mahasiswa muda berbakat ini dalam berkarya.
Inilah saatnya pemerintah turun tangan. Untuk mewujudkan impian Tim Cikal dan seluruh masyarakat Indonesia akan dunia yang lebih baik dengan efisiensi energi yang ramah lingkungan. Dukungan pemerintah yaitu modal berupa uang dan fasilitas, serta perlindungan hak cipta adalah sesuatu yang dibutuhkan para mahasiswa muda berbakat ini dalam berkarya.
Diterbitkan di majalah Inspirasi Insinyur perdana
Penulis : Aurelia Tiara Widjanarko S.Sos MM