Tuesday, February 5, 2013

Perjuangan yang Bertepuk Sebelah Tangan



Di edisi perdana majalah Insinyur ini, anak-anak muda dari Bandunglah yang menjadi nara sumber rubrik FIGUR MUDA. Yang muda yang kreatif, ucapan tersebut terbukti pada saat para mahasiswa ITB yang bergabung dalam Tim Cikal Cakrasvarna memenangkan beberapa kategori di Shell Eco Marathon Asia 2012 ini. 


Shell Eco Marathon sendiri, lebih dari sekedar perlombaan atau kompetisi mahasiswa. Hal ini tentang menempatkan ide menjadi kenyataan, mendorong pencarian untuk solusi mobilitas kreatif dan cerdas untuk memenuhi tantangan energi dunia saat ini. 

Cikal yang maju di ajang Shell Eco Marathon atau sering disebut SEM, sebenarnya terdaftar sebagai dua tim berbeda, yaitu Cikal Cakrasvarna dan Cikal Cakrawala. Tapi mereka bekerja sebagai satu tim besar. Sejak 2011, Tim Cikal sudah menorehkan prestasi di SEM, sebagai Juara Pertama kategori Urban Concept Internal Combustion Engine. Sama seperti tahun ini, Cikal juga meraih gelar juara yang sama (196 km/liter). 

Sebagai kejutan lain, tahun 2012 ini Tim Cikal mulai merambah jenis bahan bakar baterai litium dan diesel alternatif dalam kelompok Urban Concept, yaitu kelompok desain kendaraan konvensional roda empat yang hemat bahan bakar sesuai kebutuhan pengemudi saat ini. Hasilnya? Tim Cikal Cakrawala meraih Juara Kedua SEM kategori Urban Concept Battery Plug-In.

Tim Cikal yang bercita-cita menerapkan sistem hybrid ini terdiri dari mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan di ITB, yaitu Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Telekomunikasi, Teknik Tenaga Listrik, Teknik Industri, Desain Interior, dan Desain. “Anggota kami ada sekitar 18 orang, dimana pembentukan tim dilakukan melalui proses open recruitment,” Lutfiadi Rahmanto menjelaskan.

Dasar pemikiran mereka sederhana. Awalnya karena rasa penasaran untuk membuat mobil yang menggunakan energi seefisien mungkin. Diawali dari hobi, bergelut di bidang otomotif. Mirip dengan mainan Tamiya jaman kecil dahulu kata Lutfi, melakukan modifikasi segila mungkin supaya mobilnya bisa juara. Rasa penasaran mereka berbuah hasil yang manis. 

Mobil yang mereka ciptakan bukan sekedar mobil biasa, tapi mobil yang memiliki keunggulan tersendiri. Tim Cikal mengaplikasikan teori yang mereka terima di bangku sekolah ke dalam praktek dan juga pekerjaan nyata. Bukan sekali dua kali percobaan mereka langsung berhasil. 

Bahkan dalam SEM mereka sempat mengalami kesulitan seperti di tahun 2011 dimana permasalahan minor terjadi saat latihan ke-4. Hal ini dikarenakan karena sistem elektrik pada mobil tidak bekerja dengan baik sehingga mobil sulit untuk menyala. 

Setelah melakukan perbaikan pada sistem elektrik, akhirnya Tim Cikal sempat melakukan latihan ke-5 sebelum mengambil kesempatan pertama pada perlombaan pada pukul 15.00. Hasil yang menggembirakan terjadi, mobil mereka memperolah efisiensi 116 km/liter. Saat itu angka tersebut merupakan prestasi tersendiri bagi mereka, karena di tahun sebelumnya angka yang didapat hanya ¼-nya. 


Sayang sekali Tim Cikal tidak dapat menjelaskan satu persatu keunggulan mobil mereka, karena tentunya hal tersebut masih rahasia. Tapi satu kunci yang dibocorkan pada kami, mereka unggul di telemetri, yang digunakan untuk menampilkan data realtime mobil ke driver dan kru di pit. Serta untuk menganalisis gaya mengemudi. 


Banyak rakyat Indonesia dengan kepeduliannya terhadap lingkungan melakukan puluhan, ratusan cara yang berbeda. Tim Cikal melakukannya dengan menciptakan mobil yang hemat energi, juga mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 



ITB telah tiga kali mengirimkan Tim Cikal ke kompetisi SEM kategori urban sejak 2010, sayangnya setiap mahasiswa yang berpartisipasi dalam kejuaraan tersebut tidak dibiayai oleh pemerintah. Kebanyakan modal mereka peroleh secara swadaya, juga melalui pencarian sponsor, yang sudah dimulai satu tahun sebelumnya. Tentu tidak mudah, karena dibutuhkan biaya 60 hingga 80 juta rupiah untuk setiap unit mobil.



“Sebenarnya kami semua ingin melanjutkan proyek Cikal menjadi proyek mobil komersial. Karena mengembangkan mobil listrik komersial sangat mungkin di Indonesia,” tutur Lutfiadi yang yakin hal ini sejalan dengan pencanangan proyek mobil listrik oleh pemerintah.



Ada beberapa alumni Cikal 2012 yang mengerjakan proyek listrik nasional di bawah ITB, alangkah baiknya kalau hal semacam inilah yang mendapat sorotan dan dukungan lebih dari pemerintah. Karena terbukti, ilmu yang mereka timba di Cikal memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan proyek tersebut.



Harapan besar Tim Cikal yang berjuang dalam setiap percobaan yang mereka lakukan hanya satu, membuat kendaraan yang ramah lingkungan dan ramah energi, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak). Kalau sampai para mahasiswa harus meminjam uang orang tua seperti saat mengikuti SEM 2012 untuk biaya pembuatan mobil, bagaimana kita harapkan mereka untuk lebih berprestasi tanpa beban?

Inilah saatnya pemerintah turun tangan. Untuk mewujudkan impian Tim Cikal dan seluruh masyarakat Indonesia akan dunia yang lebih baik dengan efisiensi energi yang ramah lingkungan. Dukungan pemerintah yaitu modal berupa uang dan fasilitas, serta perlindungan hak cipta adalah sesuatu yang dibutuhkan para mahasiswa muda berbakat ini dalam berkarya.

Diterbitkan di majalah Inspirasi Insinyur perdana
Penulis : Aurelia Tiara Widjanarko S.Sos MM 




Santhi Serad; Cinta Indonesia Melalui Dunia Herbal
















Di edisi perdana majalah Insinyur, seorang wanita dengan wajah cantik dan kemampuan berfikir briliyan mengisi rubrik Jalan Bersama, bonusnya? Sosok yang sama memiliki rasa cinta terhadap tanah air, dibuktikan dengan sepak terjangnya secara langsung di Ilthabi Sentral Herbal sejak tahun 2005. Berikut wawancara kami dengan Santhi Serad.



Banyak pengalaman masa kecil yang membuat Santhi akrab dengan dunianya sekarang. Salah satunya ketika ia sering menjemput ayahnya, seorang alumni ITB Kimia angkatan 57 yang sekaligus pernah mengajar sebagai dosen di ITB. Laboratorium dengan ‘aroma kimia’ lambat laun menjadi suatu hal yang akrab baginya.


Belum lagi ketika ayahnya mengajak Santhi berjalan-jalan di dekat rumah mereka di Bandung, berlari dan bermain di pematang sawah hingga merambah hutan Pakar Timur. Saat itu, daerah Gegerkalong masih banyak sawah, hawanya sejuk dan masih sangat hijau. Sedari kecil, wanita yang menggemari fotografi ini, sudah diperkenalkan dengan alam.


“Seperti Presiden Soekarno pernah katakan, jangan lupakan sejarah. Saya sangat senang mengunjungi tempat bersejarah, mengagumi arsitektur kuno. Karena bayangan saya, dahulu saat membangun bangunan tersebut pasti sarat dengan sejarah.”, Santhi menuturkan kenapa ia sangat menyukai mengambil gambar arsitektur.


Hobi fotografinya ini dimulai saat ia menjalani kuliah di Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Santhi sengaja mengambil pelajaran ekstra fotografi. Dengan bekal gelar insinyur, ia kemudian melanjutkan studinya ke Curtin University of Technology di Perth, Australia. Dari sanalah dunia makanan yang sangat menarik untuk Santhi membawa dirinya bekerja di bidang penelitian dan pengembangan Yupi, permen kenyal pertama yang diproduksi di Indonesia.


Food Science and Technology memang sesuai dengan jiwanya, Santhi senang mempelajari darimana suatu jenis makanan berasal, bagaimana sejarahnya di suatu daerah. Tentu hal tersebut jauh lebih berharga ketimbang melihat makan hanya sebagai suatu aktivitas memenuhi kebutuhan primer kita.


Saat ini Santhi Serad menjadi External Food Hygiene Auditor dari perusahaan TUV Rheinland Indonesia. Bersama William Wongso, Santhi mendirikan gerakan Aku Cinta Masakan Indonesia yang disingkat ACMI, dengan visi melestarikan, mengembangkan, mendokumentasikan serta menyebarluaskan kekayaan budaya kuliner tradisional Indonesia.


Tidak hanya itu, Santhi yang merupakan istri dari Wisnu Kusuma Wardhana, juga menjadi bagian dari Pokjanas (Kelompok Kerja Nasional) Kemenparekraf dalam PENGEMBANGAN WISATA KULINER INDONESIA 2012-2014.


Ritual minum teh pagi dan sore hari bersama keluarga sewaktu kecil jugalah yang membuat Santhi melihat bahwa Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Indonesia kaya akan tradisi, budaya, hingga sumber daya alam. Banyak tanaman obat yang tumbuh di hutan belantara, yang hingga kini bahkan belum diketahui manfaatnya.


Harapan Santhi, jika masyarakat sudah mengetahui manfaat dan cara penggunaan herbal, mereka bisa memanfaatkannya untuk mengobati anggota keluarga dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga dengan membudidayakan dan mengolah tanaman tersebut. Masyarakat menjadi mandiri, sejahtera dan lebih sehat. Tentu, kesehatan menjadi kunci penting dalam kualitas sumber daya manusia.


Harapan yang sama inilah yang membuat Santhi memfokuskan minimal 12 jam kepada pekerjaan. Selain mengurus perusahaan yang ia bangun dari awal yaitu Ilthabi Sentra Herbal, Santhi juga memiliki tanggung jawab pekerjaan di Ilthabi Rekatama. Seminggu sekali Santhi pergi ke kebun Bumi Herbal Dago di Bandung untuk bertemu, berbincang, bertukar fikiran dengan staf dan petani.


Seorang Santhi Serad rupanya tahu betul detail perusahaan yang dibangunnya. Tidak hanya sebagai Founder dan pengilham, Santhi menyadari bahwa sepanjang perjalanan banyak strategi yang harus berbelok karena melihat kondisi pasar yang berubah.  Apa yang menjadi kebutuhan pasar, apa yang mereka harapkan, itulah suatu hal yang harus diciptakan dan tentu tidak bisa dipaksakan.


“Kerja sama yang baik harus berlandaskan dari komunikasi yang baik dan lancar.”, Santhi juga menjelaskan bahwa inovasi bukan hanya diterapkan pada Research and Development, tapi juga diterapkan kepada Sales, Marketing  serta budidaya tanaman.


Sesuai dengan visi dan misi perusahaan, PT Ilthabi Sentra Herbal akan senantiasa berkomitmen menjalankan bidang usahanya secara profesional dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat. Namun tentu tetap peduli dengan lingkungan dan membudi dayakan tanaman herbal khas Nusantara.


Dengan menggunakan brand  BUMIHERBAL, produk  yang dihasilkan ada beberapa macam, yang pertama adalah EduHerbal yaitu program untuk anak-anak dan dewasa agar lebih mengenal dan cinta terhadap tanaman obat. Khusus untuk anak-anak, mereka diberi pengalaman langsung menanam tanaman dan membawa pulang hasil tanaman tersebut untuk dipelihara di rumah.


Mereka juga bisa berjalan-jalan keliling kebun untuk melihat koleksi tanaman obat yang berjumlah 300-an. Menyentuh daun, bunga, serta berkotor-kotor dengan tanah, that’s the fun part, anak-anak semakin kenal dengan tanaman obat Indonesia, yang nantinya sangat berguna untuk kita semua. “Alam merupakan apotek hidup untuk manusia!”, tegas Santhi.


Produk yang kedua adalah simplisia/herbal kering, yang terdiri dari Rosella, Jati Belanda, Daun Sirsak, Sambiloto, Pegagan, Kumis Kucing, Daun Mint, dan Thyme. Produk yang ketiga adalah teh, yaitu Green Tea Rosella, Bay Leaf Tea, Guazuma Tea, Centella Tea, Spices Tea.


Produk yang terakhir adalah yang mungkin sudah pernah kita cicipi, paling tidak kita tahu rasanya manis, yaitu permen asam rosella, sirup rosella dan selai rosella. Daerah pemasaran produk Bumi Herbal adalah daerah Bandung, Puncak, Jakarta dan sekitarnya. Semua produk yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas dan menggunakan brand BUMIHERBAL.


Berkaitan dengan pemanfaatan tanaman obat dan pengolahan menjadi produk jamu, Santhi berharap pemerintah lebih gencar mencanangkan produk saintifikasi jamu, serta lebih mendorong terbukanya klinik saintifikasi jamu. Hal ini dikarenakan penduduk Indonesia yang ada di kepulauan terluar Indonesialah yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan dan obat-obatan.


Adanya standarisasi kualitas tanaman obat yang tersebar di seluruh Nusantara, gerakan cinta produk Indonesia serta peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, yang tentunya tidak dapat dicapai tanpa peranan besar pemerintah.


“Saya melihat bahwa daya saing suatu bangsa sangat ditentukan dari kemampuan mengoptimalkan sumber daya pengetahuan, sumber daya alam, dan sumber daya teknologi. Jadi peranan dari SDM juga sangat menentukan terhadap majunya suatu bangsa,” Santhi yang mengantongi ijazah CMHA (Certified Master Handwriting Analyst) dari ISHA (Internatioal School of Handwriting Analysis) menuntaskan penjelasannya.


Bukan Santhi Serad kalau tidak berusaha menjaga keseimbangannya dalam beraktivitas seperti nasehat kedua orang tuanya. Tidak heran walau sudah sukses sebagai pebisnis muda dan aktif di Persatuan Insinyur Indonesia, Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia, Yayasan Pendidikan Teknologi Indonesia, dan berbagai organisasi lainnya, Santhi tidak pernah enggan masuk dapur dan dapat dipastikan bisa memasak dengan mahir!


Mudah-mudahan setelah buku karyanya yang berjudul Teh dan Teh Herbal, Sebuah Warisan Budaya yang beberapa waktu lampau diterbitkannya, masih banyak karya seperti buku mengenai herbal Indonesia dan juga Herbal Gallery dapat ditelurkan Santhi Serad seperti apa yang diharapkannya. Masyarakat dan Bumi Indonesia sangat membutuhkannya.




Diterbitkan di majalah Inspirasi Insinyur Desember 2012 - Januari 2013
Penulis : Aurelia Tiara Widjanarko S.Sos MM