Menjelang hari raya, semua orang giat berbelanja baju baru.
Demikian pula ketika kita ingin merayakan event penting dalam hidup kita,
tampilan baru yang meliputi baju, celana, rok, sepatu pastilah menambah
kebahagiaan kita. Siapa sangka di balik keberhasilan toko baju/apparel yang
termasuk tiga besar distro terbaik di Jakarta Selatan, ada seorang pemuda
lulusan Tekhnik Elektro yang menemukan gairahnya di dunia fashion tersebut?
Jika kita menyusuri daerah Bintaro, selepas veteran kita
akan menemukan sebuah distro berjudul 10dencies yang terletak di sisi kanan
jalan, tepatnya di Jalan Bintaro Utama J 3 no 11 sektor 1. Sejak tahun 2005,
10dencies mulai mengukuhkan kedudukannya sebagai clothing line yang memiliki
taste tersendiri. Design yang dipakai dalam kaos misalnya, bukan design yang
dicomot dari brand Disney atau Marvel dengan sedikit perubahan. Tapi design
yang memberi nafas baru karena persilangan beberapa ide dan tentu tidak pasaran.
Sebenarnya apa yang membuat Bugie Triyoga Wisnumurti, salah
seorang pemilik distro tersebut akhirnya terjun ke dunia fashion, padahal
bangku kuliah yang diambilnya bernafaskan logika? “Alasan saya mengambil
jurusan tekhnik ya hanya semata karena saya lulusan IPA dan saya suka mengikuti
perkembangan tekhnologi termasuk computer di dalamnya,” tutur Bugie begitu dia
kerap dipanggil oleh teman dan keluarganya.
Ketertarikannya terhadap komputer dan kecanggihannya juga
sempat membawa fikirannya untuk bekerja sebagai programmer yang membangun sistem
dan mengembangkan sistem operasi. Berbeda jauh dengan cita-citanya sewaktu
kecil, yaitu menjadi seorang pilot karena Ayahandanya, almarhum Bambang
Risharyanto adalah seorang pilot Angkatan Udara yang mengabdikan dirinya untuk
negara sampai saat terakhir ia menghembuskan nafas.
Perjalanannya semasa kuliahlah yang membuat Bugie akhirnya
memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses di bidang clothing, juga
karena ajakan temannya Widyo Prakoso. Bugie mungkin memang tidak pernah
menerapkan ilmu yang didapat ketika kuliah secara langsung, terjun ke dunia
tekhnik. Akan tetapi banyak sekali manfaat yang dia peroleh hingga sekarang
sukses memiliki belasan hingga puluhan distribution point di seluruh Indonesia.
Bugie yang lebih banyak berfokus pada operational dalam
mengurus perusahaannya sangat bersyukur dirinya pernah berkuliah di jurusan
tekhnik, karena kemampuan berfikir taktis dan keyakinan dalam menjawab
persoalan, ia selalu mengibaratkan proses (permasalahan) adalah blackbox, sama
seperti terapan tekhnik ketika ingin mencapai tujuan atau goal tertentu. Akan
ada satu masukan tertentu (input), proses lalu keluar output. Bila tidak
sesuai, maka diulangi kembali dan disempurnakan prosesnya.
“Awalnya hanya modal nekat saja, lalu banyak melakukan observasi
sambil belajar. Semua bisnis pasti ada
jatuh bangun serta kelirunya, tapi dengan banyak belajar dan observasi akhirnya
bisa dijalankan dengan baik.” Bugie menjelaskan pula salah satu alasannya untuk
bersyukur adalah memiliki partner kerja dan team yang bisa diandalkan karena
keseluruhan bisnis bukanlah one man show.
Perkembangan dunia clothing akhir-akhir ini memang sangat
berkembang luar biasa terutama di Indonesia. Semakin hari konsumen semakin
pintar, tidak hanya mencari design yang mereka suka, tapi mereka juga
memperhatikan kualitas bahan serta cutting yang pas untuk badan mereka. Bahkan
kenyamanan pun sudah menjadi hal yang utama, semakin panas cuaca mayoritas yang
ada di suatu negara/daerah, kadang kaos 30/40S pun menjadi opsi. Semakin tipis
semakin nyaman dan fashionable.
Alasan itu jugalah yang membuat clothing line maupun disto
banyak yang bermunculan tapi tidak banyak yang bertahan. Memilih vendor pun
tidak bisa sembarangan. Karena produksi yang tertunda dan tidak bisa dipasarkan
pada saat yang tepat adalah penyebab nomer satu kegagalan momentum dalam
penjualan, termasuk tidak mencapai margin tinggi yang diinginkan.
Bugie masih memiliki banyak tujuan jangka pendek maupun
jangka panjang dalam hidupnya. Salah satunya adalah memperbaiki sistem di dalam
perusahaan yang membawa kesejahteraan siapa saja di dalamnya, serta memberi
pengaruh yang baik bagi lingkungan dan mengajak banyak orang untuk turut sukses
bersamanya.
Dengan motto hidup seperti padi yang semakin berisi semakin
merunduk, pemuda kelahiran bulan April tahun 1981 ini mengutamakan Tuhan dan
keluarga di atas pekerjaan dan lingkungan. Bagaimana caranya supaya semua dapat
berjalan lancar dan harmonis, itulah sesuatu yang akan selalu ia perjuangkan. Keep on fighting, tidak pernah ada suatu
kebetulan, terutama ketika kita sudah menyadari kita bisa menjadi pelita dan
garam kehidupan bagi banyak orang.
Dimuat di Inspirasi Insinyur Juni 2013