Thursday, July 25, 2013

Siapa Yang Bisa Hidup Tanpa Ageman?



Menjelang hari raya, semua orang giat berbelanja baju baru. Demikian pula ketika kita ingin merayakan event penting dalam hidup kita, tampilan baru yang meliputi baju, celana, rok, sepatu pastilah menambah kebahagiaan kita. Siapa sangka di balik keberhasilan toko baju/apparel yang termasuk tiga besar distro terbaik di Jakarta Selatan, ada seorang pemuda lulusan Tekhnik Elektro yang menemukan gairahnya di dunia fashion tersebut?

Jika kita menyusuri daerah Bintaro, selepas veteran kita akan menemukan sebuah distro berjudul 10dencies yang terletak di sisi kanan jalan, tepatnya di Jalan Bintaro Utama J 3 no 11 sektor 1. Sejak tahun 2005, 10dencies mulai mengukuhkan kedudukannya sebagai clothing line yang memiliki taste tersendiri. Design yang dipakai dalam kaos misalnya, bukan design yang dicomot dari brand Disney atau Marvel dengan sedikit perubahan. Tapi design yang memberi nafas baru karena persilangan beberapa ide dan tentu tidak pasaran.

Sebenarnya apa yang membuat Bugie Triyoga Wisnumurti, salah seorang pemilik distro tersebut akhirnya terjun ke dunia fashion, padahal bangku kuliah yang diambilnya bernafaskan logika? “Alasan saya mengambil jurusan tekhnik ya hanya semata karena saya lulusan IPA dan saya suka mengikuti perkembangan tekhnologi termasuk computer di dalamnya,” tutur Bugie begitu dia kerap dipanggil oleh teman dan keluarganya.

Ketertarikannya terhadap komputer dan kecanggihannya juga sempat membawa fikirannya untuk bekerja sebagai programmer yang membangun sistem dan mengembangkan sistem operasi. Berbeda jauh dengan cita-citanya sewaktu kecil, yaitu menjadi seorang pilot karena Ayahandanya, almarhum Bambang Risharyanto adalah seorang pilot Angkatan Udara yang mengabdikan dirinya untuk negara sampai saat terakhir ia menghembuskan nafas. 

Perjalanannya semasa kuliahlah yang membuat Bugie akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses di bidang clothing, juga karena ajakan temannya Widyo Prakoso. Bugie mungkin memang tidak pernah menerapkan ilmu yang didapat ketika kuliah secara langsung, terjun ke dunia tekhnik. Akan tetapi banyak sekali manfaat yang dia peroleh hingga sekarang sukses memiliki belasan hingga puluhan distribution point di seluruh Indonesia.

Bugie yang lebih banyak berfokus pada operational dalam mengurus perusahaannya sangat bersyukur dirinya pernah berkuliah di jurusan tekhnik, karena kemampuan berfikir taktis dan keyakinan dalam menjawab persoalan, ia selalu mengibaratkan proses (permasalahan) adalah blackbox, sama seperti terapan tekhnik ketika ingin mencapai tujuan atau goal tertentu. Akan ada satu masukan tertentu (input), proses lalu keluar output. Bila tidak sesuai, maka diulangi kembali dan disempurnakan prosesnya. 

“Awalnya hanya modal nekat saja, lalu banyak melakukan observasi sambil belajar. Semua bisnis pasti  ada jatuh bangun serta kelirunya, tapi dengan banyak belajar dan observasi akhirnya bisa dijalankan dengan baik.” Bugie menjelaskan pula salah satu alasannya untuk bersyukur adalah memiliki partner kerja dan team yang bisa diandalkan karena keseluruhan bisnis bukanlah one man show.

Perkembangan dunia clothing akhir-akhir ini memang sangat berkembang luar biasa terutama di Indonesia. Semakin hari konsumen semakin pintar, tidak hanya mencari design yang mereka suka, tapi mereka juga memperhatikan kualitas bahan serta cutting yang pas untuk badan mereka. Bahkan kenyamanan pun sudah menjadi hal yang utama, semakin panas cuaca mayoritas yang ada di suatu negara/daerah, kadang kaos 30/40S pun menjadi opsi. Semakin tipis semakin nyaman dan fashionable. 

Alasan itu jugalah yang membuat clothing line maupun disto banyak yang bermunculan tapi tidak banyak yang bertahan. Memilih vendor pun tidak bisa sembarangan. Karena produksi yang tertunda dan tidak bisa dipasarkan pada saat yang tepat adalah penyebab nomer satu kegagalan momentum dalam penjualan, termasuk tidak mencapai margin tinggi yang diinginkan.

Bugie masih memiliki banyak tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dalam hidupnya. Salah satunya adalah memperbaiki sistem di dalam perusahaan yang membawa kesejahteraan siapa saja di dalamnya, serta memberi pengaruh yang baik bagi lingkungan dan mengajak banyak orang untuk turut sukses bersamanya.

Dengan motto hidup seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk, pemuda kelahiran bulan April tahun 1981 ini mengutamakan Tuhan dan keluarga di atas pekerjaan dan lingkungan. Bagaimana caranya supaya semua dapat berjalan lancar dan harmonis, itulah sesuatu yang akan selalu ia perjuangkan.  Keep on fighting, tidak pernah ada suatu kebetulan, terutama ketika kita sudah menyadari kita bisa menjadi pelita dan garam kehidupan bagi banyak orang.

Dimuat di Inspirasi Insinyur Juni 2013